Disadur dari Pendidikan Online Muamalah Maaliah - erwandi Tarmizi Associatiaon ( POMM-ETA)
Penjelasan Materi
Hukum-Hukum Manfaat yang tidak boleh disyaratkan dalam Qard
Penjelasan meliputi:
Pensyaratan memberikan barang manfaat
Pensyaratan tambahan ukuran dan sifat yang tidak di syaratkan dalam Akad
5.Hukum-Hukum Manfaat yang tidak boleh disyaratkan dalam Qardh
5.1. muqtaridh tidak boleh memberikan manfaat kepada muqridh dalam masa qardh, jika perbuatan ini dikarenakan adanya qardh. Dimana tidak ada kebiasaan saling memberi hadiah yang berlaku sebelum aqad qardh.
Dasar hukum terlarang mengambil manfaat yang tidak disyaratkan yang diberikan pelunasan kecuali manfaat tersebut tidak disebabkan qardh dan tidak pula sebagai imbalan
A. Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:
( إِذَا أَقْرَضَ أَحَدُكُمْ قَرْضًا فَأَهْدَى لَهُ أَوْ حَمَلَهُ عَلَى الدَّابَّةِ فَلا يَرْكَبْهَا وَلا يَقْبَلْهُ ، إِلا أَنْ يَكُونَ جَرَى بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ قَبْلَ ذَلِكَ )
Apabila salah seorang diantara kalian memberikan pinjaman, lalu si peminjam memberikan hadiah kepadanya atau membawanya naik diatas kendaraannya, maka jangan dia kendarai kendaraannya dan jangan dia terima hadiahnya, kecuali telah berlaku antara dia si peminjam dan si pemberi pinjaman kebiasaan seperti itu sebelumnya
Dinyatakan "HASAN" oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam "Al Fatawa Al Kubra" (6/159).
B. Atsar sahabat Radhiyallahu Anhum yang menunjukkan larangan menerima hadiah dari penerima pinjaman dan manfaat yang lain selama ada indikasi yang menunjukkan manfaat tersebut diakibatkan dari qardh kecuali pemberi pinjaman membalas jasa nya atau menghitung bagian dari pelunasan hutang.
5.2. dibolehkan memberikan tambahan atas qardh secara kualitas maupun kuantitas memberikan barang atau hadiah atau manfaat atau jasa tanpa disyaratkan atau tidak menjadi urf atau adat istiadat baik objek qardh berupa uang atau lainnya.
Dasar hukum dibolehkan tambahan yang tidak disyaratkan dan bukan urf baik kualitas maupun kuantitas pada saat pelunasan ketika pembayaran adalah
hadits Abu Rafi Radhiyallahu anhu yang berbunyi: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اسْتَسْلَفَ مِنْ رَجُلٍ بَكْرًا فَقَدِمَتْ عَلَيْهِ إِبِلٌ مِنْ إِبِلِ الصَّدَقَةِ فَأَمَرَ أَبَا رَافِعٍ أَنْ يَقْضِىَ الرَّجُلَ بَكْرَهُ فَرَجَعَ إِلَيْهِ أَبُو رَافِعٍ فَقَالَ لَمْ أَجِدْ فِيهَا إِلاَّ خِيَارًا رَبَاعِيًا. فَقَالَ « أَعْطِهِ إِيَّاهُ إِنَّ خِيَارَ النَّاسِ أَحْسَنُهُمْ قَضَاءً ». Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah meminjam dari seorang seekor onta yang masih muda. Kemudian ada satu ekor onta sedekah yang dibawa kepada beliau. Beliau lalu memerintahkan Abu Rafi’ untuk membayar kepada orang tersebut pinjaman satu ekor onta muda. Abu Rafi’ pulang kepada beliau dan berkata: “Aku tidak mendapatkan kecuali onta yang masuk umur ketujuh”. Lalu beliau menjawab: “Berikanlah itu kepadanya! Sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang paling baik dalam membayar hutangnya”. [HR Muslim no.4192].
Hadits dari abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa seseorang menemui Rasulullah shallallahu alayhi wasallam meminta sedekah kemudian Rasulullah shallallahu alayhi wasallam meminjam kepada orang lain setengah wasaq (75 liter makanan pokok) kemudian laki laki tersebut datang menagihkl kepada Rasulullah shallallahu alayhi wasallam dan beliau membayar dengan 1 wasaq (150kg makanan pokok) dan beliau bersabda setengah wasaq untukmu untuk membayar hutang ku dan setengah wasaq untukmu sebagai pemberian dari ku.
Komentar
Posting Komentar